Sabtu, 02 Juni 2012

Pengendalian Gulma Bambu

7 HSA

Tumbuhan bambu dan anakan sawit liar(tukulan,brondolan,brush oil palm ) sering menjadi gulma yang bermasalah pada perkebunan-perkebunan kelapa sawit apabila tidak dilakukan pengendalian dengan baik dan benar.

Cara manual ataupun mekanis dengan menggunakan tenaga "dongkel" manusia maupun alat  adalah metode pengendalian yang paling tuntas dan efektif , namun dibeberapa perkebunan cara ini dirasa tidak terlalu efektif dan efesien karena perlu waktu yang lama, tenaga kerja yang cukup, dan biaya yang cukup besar.
Gulma Anakan sawit liar (bop)

 Alternatif lain pengendalian gulma bambu dan anakan sawit liar yang sering  di praktekan diperkebunan-perkebuna kelapa sawit adalah dengan menggunakan aplikasi herbisida. Dalam praktiknya pun cara ini akan sering menghadapi kendala dikarenakan teknik aplikasi yang kurang tepat, pemilihan herbisida dan dosis yang tidak sesuai dll.

Berikut hasil rangkuman cara pengendalian gulma bambu dan anakan sawit liar berdasarkan hasil percobaan di beberapa perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah, yang mungkin digunakan sebagai rujukan untuk pengendalian gulma tersebut adalah sbb :


1. Hebisida yang digunakan :  STARLON 665 EC+ NUQUAT 276 SL
2. Dosis / Konsentrasi         :  30 ml Starlon  + 40 ml Nuquat /  15 liter air

Cara Aplikasi :
1.  Pada Bambu :  Lakukan slashing/pangkas secukupnya sehingga menyisakan rumpun +- 1 meter
                            kemudian lakukan aplikasi penyemprotan merata. penyemprotan ulangan dilakukan
                            kemudian setelah 1,5 bulan apabila masih belum tuntas atau spot-spot. 



2. Pada Anakan Sawit liar :
    Lakukan penyemprotan merata pada gulma anakan sawit  liar,          apabila tidak rata kemudian
                            dilakukan ulangan pada 30 HSA, sehingga benar-benar tuntas.



Kesimpulan :  Hasil akhir diperoleh dengan tingkat kematian gulma 100%  apabila kurang jelas bisa
                                  contact  : 081-348-395-339, 085-753-549-078
                                             Email : n_sutrisna@ymail.com
                                               selamat mencoba....... sukses

Jumat, 01 Juni 2012

Pengendalian Ulat Api

Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna  diducta dan Darna bradleyi. (Norman dan Basri, 1992). Setora nitens memiliki siklus hidup yang lebih pendek dari S. asigna yaitu 42 hari  Darna trima, mempunyai siklus hidup sekitar 60 hari (Hartley, 1979). a. Ulat menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah daun tua dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Pada D. trima, di waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantong. 

 Seiring dengan pergantian musim yang tidak menentu ( anomali ) dimungkinkan terjadinya peningkatan intensitas serangan ulat , terutama jenis ulat api pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah.